RISET SD



RISET SDM

PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN
(STUDI PADA PT. CENTRAL CAPITAL FUTURES CABANG MALANG)



OLEH:
AHMAD FARIZAL
NIM : 14101132/L








SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI ASIA MALANG
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
2017




BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pada era globalisasi saat ini, perusahaan mengalami persaingan usaha yang semakin ketat, kompleks, dan dinamis menuntut perusahaan untuk meningkatkan mutu dan keunggulan daya saing yang dipengaruhi oleh dua faktor penting yaitu mutu yang tinggi dan biaya yang rendah. Persaingan ini menuntut perusahaan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensinya agar dapat memperoleh pelanggan dan dapat menjadi market leader dari produk dan jasa yang mereka tawarkan. Kondisi inilah yang pada akhirnya menuntut para pelaku bisnis termasuk para manajer untuk meningkatkan kinerjanya meliputi kemampuan dalam hal perencanaan, perkoordinasian, serta pengendalian berbagai aktivitas dan sumber daya yang dimiliki  (Ristauli, 2013).
Masalah sumber daya manusia masih menjadi sorotan utama bagi perusahaan untuk tetap dapat bertahan di era globalisasi. Sumber daya manusia mempunyai peran utama dalam setiap kegiatan perusahaan. Walaupun didukung dengan sarana dan prasarana serta sumber daya alam yang memadai, tetapi tanpa dukungan sumberdaya manusia yang handal kegiatan perusahaan tidak akan terselesaikan dengan baik. Hal ini menunjukan bahwa sumber daya manusia merupakan kunci pokok yang harus diperhatikan dengan segala kebutuhanya. Sebagai kunci pokok, sumber daya manusia akan menentukan keberhasilan pelaksanaan kegiatan perusahaan.
Tuntutan perusahaan untuk memperoleh, mengembangkan dan mempertahankan sumber daya manusia semakin mendesak sesuai dengan dinamika lingkungan yang selalu berubah. Pentingnya peranan sumber daya manusia tercermin dari kebutuhan perusahaan untuk membuat strategi manajemen sumber daya manusia sejajar dengan pentingnya strategi di bidang lainya. Manajemen sumber daya manusia merupakan program, aktivitas untuk mendapatkan, mengembangkan, memelihara dan mendayagunakan sumber daya manusia untuk mendukung perusahaan mencapai tujuannya.
Pada dasarnya suatu perusahaan selalu berusaha untuk mencapai tujuan yang efektif dan efisien. Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuan adalah tenaga kerja. Tenaga kerja sebagai makhluk sosial tidak dapat disamakan dengan faktor produksi lainnya, karena tenaga kerja membutuhkan perhatian dari pimpinan perusahaan agar mereka bisa memberikan prestasi secara penuh terhadap perusahaan.
Dalam sebuah perusahaan pasti diperlukan manajemen yang berkaitan dengan usaha-usaha untuk mencapai tujuan tertentu bagi perusahaan, sedangkan karyawan sendiri merupakan aset utama organisasi serta memiliki peranan yang penting dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Dalam perusahaan, kinerja karyawan sangatlah penting. Keberhasilan pada suatu organisasi dalam mencapai tujuannya tergantung pada keberhasilan karyawannya dalam menjalankan tugas mereka. Maka dari itu organisasi dapat meningkatkan kinerja karyawan dan juga kinerja organisasi (Yavarian dkk, 2012). Mangkunegara (2000) dalam Setiadi (2007) menyatakan bahwa istilah kinerja memiliki arti hasil secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja adalah motivasi (motivation). Dengan adanya motivasi maka karyawan akan lebih terdorong untuk mencapai kinerjanya dengan baik. Hal ini sesuai dengan teori Hierarki kebutuhan Maslow bahwa motivasi adalah dorongan dari dalam maupun dari luar seseorang untuk mengerjakan suatu tugas dengan sebaik-baiknya karena kebutuhan (Leonard, 2008). Dari uraian diatas diperkuat oleh definisi Surdamayanti (2001) dalam Setiadi (2007) yang menyatakan motivasi adalah kondisi mental emosional yang mendorong aktivitas dan memberi energi yang mengarah kepada pencapaian kebutuhan, memberi kepuasan. Dengan adanya motivasi yang terarah akan dapat menciptakan suatu output pekerjaan yang baik yang sesuai standar yang ditetapkan perusahaan dan dengan kemampuan yang memadai maka karyawan mampu menyelesaikan pekerjaannya dengan baik (Karno, 2005).
Motivasi dapat dipandang sebagai perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling, dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang atau keinginan untuk mencurahkan segala tenaga karena adanya suatu tujuan. Seperti yang dikemukakan oleh Mangkunegara (2009:61) motivasi merupakan kondisi atau energi yang menggerakkan diri karyawan yang terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan. Sikap mental karyawan yang positif terhadap situasi kerja itulah yang memperkuat motivasi kerjanya untuk mencapai kinerja yang maksismal. Tiga unsur yang merupakan kunci dari motivasi, yaitu upaya, tujuan organisasi, dan kebutuhan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi. Motivasi muncul dari dalam diri manusia karena dorongan oleh adanya unsur suatu tujuan. Tujuan ini menyangkut soal kebutuhan dapat dikatakan bahwa tidak akan ada suatu motivasi apabila tidak dirasakan adanya suatu kebutuhan.
Mangkuprawira (2007:122) mendefinisikan disiplin kerja adalah sifat seorang karyawan yang secara sadar mematuri atura dan peraturan organisasi tertentu. Salah satu syarat agar disiplin dapat ditumbuhkan dalam lingkungan kerja ialah, adanya pembagian kerja yang tuntas sampai kepada pegawai atau petugas yang paling bawah, sehingga setiap orang tahu dengan sadar apa tugasnya, bagaimana melakukannya, kapan pekerjaan dimulai dan selesai, seperti apa hasil kerja yang disyaratkan, dan kepada siapa mempertanggung jawabkan hasil pekerjaan itu . Untuk itu disiplin harus ditumbuh kembangkan agar tumbuh pula ketertiban dan evisiensi. Disiplin kerja merupakan kegiatan dari manajemen perusahaan yang berfungsi sebagai bentuk pengendalian karyawan dalam menjalankan standar organisasional perusahaan yang teratur demi tercapainya sasaran atau tujuan perusahaan. Hasil penelitian menunjukan bahwa disiplin kerja memiliki pengaruh positif terhadap kinerja karyawan.
Penelitian ini menfokuskan pada karyawan PT. Central Capital Futures yang berlokasi di area Malang Jawa Timur. PT. Central Capital Futures merupakan perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan komoditi berjangka, fungsinya adalah menyalurkan suatu kontrak yang memberikan hak kepada pembeli atau menjual kontrak berjangka atas komoditi tertentu, pada tingkat harga serta jumlah tertentu yang ditetapkan terlebih dahulu dengan membayar sejumlah premi atau amanat nasabah kepada Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) untuk dikliringkan pada PT. Kliring Berjangka Indonesia (Persero). Berkantor pusat di Jl. Sungai Gerong no.20, Jakarta 10230, dan memiliki beberapa kantor cabang yang berada di Medan, Surabaya, Semarang, Bandung, Banjarmasin, Yogyakarta, Pekan Baru, Purwokerto, dan Malang. PT. Central Capital Futures menempatkan kepercayaan yang diberikan investor sebagai tanggung jawab perusahaan untuk berinvestasi dengan aman, terpercaya, dan dapat diandalkan. Dengan didukung SDM yang berpengalaman dan profesionalisme yang tinggi serta fasilitas kerja modern, PT. Central Capital Futures berkomitmen untuk menjadi pialang berjangka yang terbaik. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di PT. Central Capital Futures karena PT. Central Capital Futures ini merupakan salah satu perusahaan pialang berjangka  di Indonesia bertaraf internasional yang memberikan pelayanan maksimal dalam bertransaksi valuta asing, indeks saham  dan komoditi berjangka.
Kinerja setiap karyawan di masing-masing divisi sangat tergantung pada gaya kepemimpinan yang ada. Perbedaan gaya kepemimpinan sering menimbulkan kecemburuan antar divisi. Selain itu, berdasarkan observasi yang dilakukan di PT. Central Capital Futures Cabang Malang disiplin kerja karyawan dinilai kurang. Hal ini terbukti dari adanya karyawan yang sering terlambat masuk kerja. Selain itu, berdasarkan keterangan salah satu karyawan di bagian kepegawaian diperoleh keterangan bahwa terdapat beberapa karyawan yang mengalami penurunan kinerja seperti dalam menyelesaikan pekerjaan tidak tepat waktu. Pihak manajemen perusahaan juga tidak ada inisiatif untuk memberikan tindakan tegas kepada karyawan untuk dapat lebih baik lagi dalam bekerja dan kurang adanya kesempatan untuk mengembangkan kemampuan dalam bekerja pada masing-masing divisi di PT. Central Capital Futures Cabang Malang.
Berdasarkan paparan diatas menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan dan disiplin kerja merupakan faktor yang penting dalam mendukung kinerja karyawan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih lanjut tentang “Pengaruh Motivasi Kerja dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Studi Pada PT. Central Capital Futures Cabang Malang”.
1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
a.         Apakah gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja karyawan secara parsial pada PT. Central Capital Futures Cabang Malang ?
b.         Apakah disiplin kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan secara parsial pada PT. Central Capital Futures Cabang Malang ?
c.         Apakah gaya kepemimpinan dan disiplin kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan secara simultan pada PT. Central Capital Futures Cabang Malang ?
1.3    Tujuan Penelitian
a.         Untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan secara parsial pada PT. Central Capital Futures Cabang Malang.
b.         Untuk mengetahui pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja karyawan secara parsial pada PT. Central Capital Futures Cabang Malang.
c.         Untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan dan disiplin kerja terhadap kinerja karyawan secara simultan pada PT. Central Capital Futures Cabang Malang.
1.4    Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas yang akan diteliti, maka perlu diadakan batasan masalah agar yang akan dibahas tidak meluas dari masalah yang akan diteliti dan dalam pemecahan masalah dapat lebih terarah. Adapun batasan masalah penelitian ini adalah variabel gaya kepemimpinan (X1) dan disiplin kerja (X2) sebagai variabel bebas, sedangkan untuk variabel terikatnya adalah kinerja karyawan studi pada PT. Central Capital Futures Cabang Malang (Y).
1.5    Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan di atas, diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
a.    Bagi Perusahaan
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan yang bersangkutan dalam mengambil keputusan, terutama yang berhubungan dengan gaya kepemimpinan dan disiplin kerja terhadap kinerja karyawan.
b.    Bagi Pihak Lain Yang Berkepentingan



BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

2.1  Penelitian Terdahulu
Sebagai rujukan dan pembanding dalam penelitian ini, maka digunakan rujukan dari hasil-hasil penelitian terdahulu. Selain itu, untuk menghindari anggapan kesamaan dengan penelitian yang akan dilakukan. Dalam penelitian ini akan digunakan 5 (Lima) penelitian terdahulu, diantaranya penelitian oleh:
Arta Adi Kusuma (2013)  dengan judul “Pengaruh Motivasi dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Hotel Muria Semarang”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel motivasi, variabel lingkungan kerja baik secara parsial maupun secara simultan terhadap variabel Kinerja Karyawan, dan mengetahui variabel yang dominan diantara variabel motivasi kerja, variabel lingkungan kerja terhadap variabel kinerja karyawan (Studi Kasus pada Hotel Muria Semarang). Metode analisis yang digunakan yaitu uji validitas, uji realibilitas, uji regresi linear berganda dan uji hipotesis dengan uji t, uji F, dan uji r². Untuk penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik proportional area random sampling yaitu tehnik pengambilan sampel yang diambil dari masing-masing subpopulasi yang diambil secara acak berdasarkan proporsi jumlah karyawan yang ada pada tiap subpopulasi, yaitu seluruh karyawan Hotel Muria Semarang sejumlah 115 orang pegawai.

Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel Motivasi Kerja, variabel Lingkungan Kerja baik secara parsial maupun simultan berpengaruh secara positif terhadap variabel Kinerja Karyawan. Dan nilai variabel Motivasi dominan berpengaruh terhadap variabel Kinerja Karyawan Hotel Muria Semarang, artinya motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan, sesorang yang termorivasi untuk bekerja maka kinerja yang akan dihasilkan akan optimal.
a.         Persamaan Penelitian Sekarang Dengan Penelitian Terdahulu.
Persamaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu dapat diperhatikan dari variabel yang diteliti baik variabel bebas (independent), maupun terikat (dependent), teknik pengambilan sampel, dan alat analisis yang digunakan.
Persamaan penelitian sekarang dengan penelitian yang pertama oleh Arta Adi Kusuma, Universitas Negeri Semarang (2013) sama-sama menggunakan variabel Motivasi dan Lingkungan Kerja sebagai variabel bebas (independent) dan Kinerja karyawan sebagai variabel terikat (dependent), tehnik pengambilan sampel sama –sama menggunakan total sampling dan alat analisisnya juga sama-sama menggunakan Analisis Regresi Linier Berganda.
b.         Perbedaan Penelitian Sekarang Dengan Penelitian Terdahulu
Perbedaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu dapat diperhatikan dari judul, jumlah variabel yang diteliti baik variabel bebas (independent), maupun variabel terikat (dependent), teknik pengambilan sampel dan alat analisis yang digunakan.
Perbedaan penelitian sekarang dengan penelitian yang pertama oleh Arta Adi Kusuma, Universitas Negeri Semarang (2013) yaitu terdapat perbedaan tempat peneltian, jumlah populasi dan sampel.
2.2  Landasan Teori
Dalam penelitian ini penulis menggunakan Grand theory adalah Manajemen, middle theory-nya adalah Sumber Daya Manusia (SDM) dan applied theory-nya adalah Motivasi, Lingkungan Kerja dan Kinerja Karyawan.
a.    Grand Theory
1)   Pengertian Manajemen
Menurut Panji Anoraga dalam bukunya Manajemen Bisnis (2009:109) mengatakan bahwa “Manajemen adalah proses yang khas terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian yang masing-masing bidang tersebut digunakan baik ilmu pengetahuan maupun keahlian dan yang diikuti secara berurutan dalam rangka usaha mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan”.
Sedangkan Hasibuan (2012:1) dalam buku manajemen sumber daya manusia mengemukakan bahwa “Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif untuk mencapai suatu tujuan tertentu”.
2)   Fungsi Manajemen
1.    Planning (perencanaan)
Merupakan pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan organisasi dan penentuan strategi kebijaksanaan proyek, program, prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
2.    Organizing (pengorganisasian)
a)    Penentuan sumber daya dan kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk tujuan organisasi.
b)   Perencanaan dan pengembangan suatu organisasi atau kelompok kerja yang akan dapat membawa hal-hal tersebut ke arah tujuan.
c)    Penugasan tanggung jawab tertentu.
d)   Pendelegasian wewenang yang diperlukan kepada individu-individu untuk melaksanakan tugasnya.
3.    Staffing (penyusunan)
Staffing atau penyusunan personalia adalah penarikan (recruitment) latihan dan pengembangan serta penempatan dan pemberian orientasi pada karyawan dalam lingkungan kerja yang menguntungkan dan produktif.
4.    Leading (pengarahan)
Adalah bagaimana membuat atau mendapatkan para karyawan melakukan apa yang diinginkan dan harus mereka lakukan.
5.    Controling (pengawsan)
Adalah penemuan dan penerapan cara dan alat untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah ditetapkan.
b.        Middle Theory
1.    Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)
Menurut Mangkunegara (2007:2) yaitu “Manajemen sumber daya manusia adalah suatu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengkoordinasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengadaan, pengembangan, pemberian, balas jasa, pengitegrasian, pemeliharaan dan pemutusan hubungan kerja dalam rangka untuk mencapai tujuan organisasi”.
Sedangkan menurut Dessler (2010:4) yaitu “Manajemen sumber daya manusia sebagai kebijakan dan latihan untuk memenuhi kebutuhan karyawan atau aspek-aspek yang terdapat dalam sumber daya manusia seperti posisi manajemen, pengadaan karyawan atau rekrutmen, penyaringan, pelatihan, kompensasi dan penilaian prestasi kerja karyawan”.
2.    Ruang Lingkup Manajemen Sumber Daya Manusia
Menurut Dessler (2010:4), mengklasifikasikan ruang lingkup manajemen sumber daya manusia menjadi dua fungsi pokok. Kedua fungsi manajemen sumber daya manusia tersebut yaitu :
a)    Fungsi Manajerial (Management Function)
1.    Perencanaan (Planning)
Menetapkan terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan dan bagaimana cara mencapai tujuan tersebut. Untuk seorang manajer personalia perencanaan berati menetapkan terlebih dahulu program personalia yang akan membantu tujuan perusahaan.
2.    Pengorganisasian (Organizing)
Mengadakan pembagian tugas atau struktur hubungan antara pekerjaan pengelompokan tenaga kerja sehingga tercapai suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuaan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3.    Pengarahan (Directing)
Setelah perencanaan dan pengorganisasian telah ditetapkan, maka fingsi ini adalah sebagai pelaksanaanya seperti menunjukkan dan memberitahukan kesalahan karyawan, melatih memikirkan suatu perangsang, hadiah atau saksi kepada karyawan sesuai dengan prestasi kerja yang mereka raih.
4.    Pengendalian (Controlling)
Tindakan atau aktivitas yang dilakukan manajer untuk melakukan pengamatan, penelitian, serta penilaian dari pelaksaan seluruh kegiatan organisasi yang sedang atau telah berjalan untuk mencapai tujuan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
b)   Fungsi Operasional
1.    Pengadaan (Procurement)
Merupakan usaha untuk menyediakan tenaga kerja yang dibutuhkan menurut jumlah dan mutu atau keahlian dengan cara mencari asal sumber tenaga kerja yang dibutuhkan, melaksanakan proses seleksi dan memanfaatkan tenaga kerja atas prinsip penyesuaian antara kebutuhan dan penyediaan tenaga kerja.
2.    Pengembangan (Development)
Merupakan proses peningkatan dan ketrampilan, baik kemampuan manajerial maupun kemampuan teknis operasional, sebab penarikan seleksi dan penempatan karyawan dijalankan dengan baik belum tentu menjamin bahwa mereka dapat menjalankan pekerjaanya di tempat yang baru dengan sebaik mungkin. Untuk itu diperlukan pengembangan karyawan baru dengan sebaik mungkin dengan tujuan meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuannya. Biasanya ini dilakukan melalui program pendidikan dan pelatihan karyawan.
3.    Kompensasi (Compensation)
Kompensasi ini diartikan dengan pemberian imbalan atau penghargaan yang adil dan layak dari pihak perusahaan terhadap karyawannya atas prestasi yang telah diberikan oleh karyawan. Kompensasi ini dapat berupa upah, gaji, insentif, tunjangan-tunjangan, sarana-sarana lain yang dapat memberikan kepuasan kepada karyawan.
4.    Integrasi (Integration)
Yaitu usaha mempengaruhi para karyawan sedemikian rupa sehingga segala tindakan-tindakan mereka dapat diarahkan pada tujuan yang menguntungkan perusahaan, pekerjaan dan rekan sekerja.
5.    Pemeliharaan (Maintenance)
Fungsi ini mempermasalahkan bagaimana memelihara para karyawan sehingga nyaman dan mampu bekerja dengan baik di perusahaan. Pemeliharaan karyawan yang baik akan memberikan hal yang baik, salah satunya adalah tingkat perputaran tenaga kerja yang rendah. Dua hal ini yang perlu diperhatikan perusahaan dalam pemeliharaan karyawan adalah pemeliharaan kondisi fisik dan sikap karyawan.
6.    Pemutusan (Separation)
Merupakan kegiatan perusahaan untuk mengembalikan tenaga kerja kedalam masyarakat setelah membaktikan tenaganya dalam perusahaan diantaranya dengan pemensiunan, pemberhentian sementara, pemberhentian dengan hormat, pemecatan, penggantian tenaga kerja. Biasanya pemutusan hubungan kerja ini terjadi karena lanjut usia atau sudah melampaui batas kerja yang diizinkan oleh perusahaan, perusahaan sudah tidak memerlukan karyawan itu lagi, perusahaan sudah tidak puas dengan prestasi kerja, atau karyawan mengajukan permohonan pengunduran diri dari perusahaan.
c.       Applied Theory
1.      Motivasi Kerja
a)    Pengertian Motivasi Kerja
Sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan bantuan orang lain. Manusia akan selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhannya dan memerlukan motivasi atau dorongan dari orang lain untuk mencapai apa yang menjadi tujuan hidupnya.
Pimpinan organisasi atau perusahaan merupakan orang yang bekerja dengan bantuan dari para bawahannya, yaitu karyawan. Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiban dari seorang pimpinan untuk mengusahakan agar para karyawan berprestasi. Kemampuan bawahan untuk dapat berprestasi disebabkan dengan adanya dorongan atau motivasi.
Pemberian motivasi dengan tepat akan dapat menimbulkan semangat, gairah dan keikhlasan kerja dalam diri seseorang. Meningkatnya kegairahan dan kemauan untuk bekerja dengan sukarela tersebut akan menghasilkan pekerjaan yang lebih baik, sehingga akan meningkatkan produktivitas kerja. Sedangkan seseorang yang mempunyai motivasi kerja rendah, mereka akan bekerja seenaknya dan tidak berusaha untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Motivasi merupakan keinginan seseorang melakukan sesuatu akibat dorongan dari diri sendiri maupun dari luar diri pegawai. Selain itu motivasi dapat pula diartikan sebagai dorongan pegawai untuk melakukan tindakan karena mereka ingin melakukannya.
Menurut A. A. Prabu Mangkunegara (2009:93), berpendapat bahwa Motivasi adalah kondisi yang menggerakan pegawai agar mampu mencapai tujuan dari motifnya. Menurut  Marihot Tua Effendi Hariandja  (2009:320) berpendapat bahwa Motivasi adalah sebagai faktor – faktor yang mengarahkan dan mendorong perilaku atau keinginan seseorang untuk melakukan suatu kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk usaha yang keras atau lemah. Menurut Wibowo (2010:379) mengemukakan bahwa Motivasi merupakan dorongan terhadap serangkaian proses perilaku manusia pada pencapaian tujuan. Sedangkan elemen yang terkandung dalam motivasi meliputi unsur membangkitkan, mengarahkan, menjaga, menunjukkan intesitas, bersifat terus menerus dan adanya tujuan.
Berdasarkan berbagai pendapat diatas, dapat dikatakan bahwa motivasi timbul dalam diri pegawai atau melalui rangsangan dari luar diri pegawai tersebut. Dalam sebuah organisasi, pemimpin dituntut memainkan peran yang lebih dalam memberikan rangsangan dan dorongan agar pegawainya semakin termotivasi dalam menghasilkan output yang memuaskan dan terus berusaha lebih meningkatkan lagi hasil kerjanya.
b)      Indikator Motivasi Kerja
Menurut Sondang P. Siagian  (2008:138) menyatakan sebagai berikut:
1.      Daya Pendorong
3.      Kemauan
4.      Kerelaan
5.      Membentuk Keahlian
6.      Membentuk Keterampilan
7.      Tanggung Jawab
8.      Kewajiban
9.      Tujuan 
c)      Macam-macam Motivasi
Malayu S.P. Hasibuan (2008:150), mengemukakan bahwa terdapat dua macam motivasi yang digunakan antara lain sebagai berikut:
1)   Motivasi Positif ( intensif positif )
Dalam motivasi positif pimpinan memotivasi (merangsang) bawahan dengan memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi diatas prestasi standar, dengan motivasi positif ini semangat kerja bawahan akan meningkat. Insentif yang diberikan kepada karyawan diatas standar dapat berupa uang, fasilitas, barang, dan lain-lain..
2)   Motivasi Negatif
Dalam motivasi negatif, pimpinan memotivasi dengan memberikan hukuman bagi mereka yang bekerja dibawah standar yang ditentukan. Dengan motivasi negative semangat bawahan dalam jangka waktu pendek akan meningkat karena takut dihukum, tetapi untuk jangka waktu yang panjang dapat berakibat kurang baik.
d)     Fungsi Motivasi
Menurut Hamalik (2000:175), fungsi motivasi itu ialah :
a.       Mendorong timbulnya atau suatu perubahan. Tanpa motivasi tidak akan timbul perbuatan seperti belajar.
b.      Sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan kepada pencapaian tujuan yang diinginkan.
c.       Sebagai penggerak, ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.
Dari pendapat ini, terkandung makna bahwa motivasi berfungsi untuk mendorong timbulnya kelakukan dan mempengaruhi serta mengubah kelakuan, sebagai pengarah dan sebagai penggerak. Begitu juga dalam kegiatan atau proses belajar mengajar, motivasi sangat penting artinya. Karena bisa saja karyawan tidak bekerja sebagaimana mestinya karena tidak ada dorongan atau motivasi. Bahkan karyawan yang intelegensinya tinggi pun bisa gagal dalam bekerja jika karyawan tersebut tidak memiliki motivasi.
2.    Disiplin Kerja
a)    Pengertian Disiplin Kerja
Menurut Wardana (2008:20) Disiplin kerja merupakan upaya pengaturan waktu dalam bekerja yang dilakukan secara teratur dengan mengembangkan dan mengikuti aturan kerja yang ada. Menurut Rivai (2011:825) disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan para manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan agar mereka bersedia untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.
Hasibuan (2006:444) berpendapat bahwa kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusa-haan dan norma-norma sosial yang berlaku. Pembahasan disiplin dalam manajemen sumberdaya manusia berangkat dari pandangan bahwa tidak ada manusia yang sempurna luput dari kekhilafan dan kesalahan. Disiplin merupakan tindakan manajemen untuk mendorong para anggota organisasi memenuhi tuntutan berbagai ketentuan tersebut. Kedisiplinan diartikan jika karyawan selalu datang dan pulang tepat waktunya, mengerjakan semua pekerjaannya dengan baik, mematuhi semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Dalam kedisiplinan karyawan diperlukan peraturan dan hukuman karena peraturan sangat diperlukan untuk memberikan bimbingan dan penyuluhan bagi karyawan dalam menciptakan tata tertib yang baik bagi perusahaan. Dengan tata tertib yang baik, semangat kerja, moral kerja, efisiensi dan efektivitas kerja karyawan menjadi meningkat.
Berdasarkan pengertian diatas disimpulkan bahwa disiplin kerja merupakan suatu sikap, tingkah laku, dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan baik tertulis maupun tidak tertulis, dan bila melanggar akan ada sanksi atas pelanggarannya.
b)   Faktor-faktor dalam Penilaian Disiplin Kerja
Menurut Setiyawan dan Waridin (2006) ada 5 faktor dalam penilaian disiplin kerja terhadap pemberian layanan pada masyarakat, yaitu:
1)       Kompensasi yang diperlukan meliputi saran, arahan atau perbaikan.
2)       Kualitas kedisiplinan kerja, meliputi datang dan pulang yang tepat waktu, pemanfaatan waktu untuk pelaksanaan tugas serta kemampuan mengembangkan potensi diri berdasarkan motivasi yang positif.
3)       Konservasi aturan meliputi penghormatan terhadap aturan dengann keberanian untuk selalu melakukan pencegahan terjadinya tindakan yang bertentangan dengan aturan.
4)       Kuantitas pekerjaan meliputi volume keluaran dan kontribusi.
5)       Lokasi tempat kerja atau tempat tinggal.
c)    Indikator Disiplin Kerja
Adapun Menurut H. Malayu Hasibuan (2007:194) pada dasarnya banyak indikator yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan seorang pegawai, di antaranya :
1)   Tujuan dan kemampuan
          Tujuan dan kemampuan ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan. Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup menantang bagi kemampuan karyawan. Hal ini berarti bahwa tujuan (pekerjaan) yang dibebankan kepada karyawan harus sesuai dengan kemampuan karyawan bersangkutan, agar dia bekerja dengan sungguh-sungguh dan disiplin dalam mengerjakannya. 
2)   Teladan pimpinan
Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan karyawan, karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya. Pimpinan harus memberi contoh yang baik, berdisiplin baik, jujur, adil, serta sesuai kata dengan perbuatan. Dengan teladan pimpinan yang baik, kedisiplinan bawahan pun akan baik. Jika teladan pimpinan kurang baik (kurang berdisiplin), para bawahan pun akan kurang disiplin.
3)   Balas jasa
Balas jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut mempengaruhi kedisiplinan karyawan karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan terhadap perusahaan pekerjaannya. Jika kecintaan karyawan semakin baik terhadap pekerjaan, kedisiplinan mereka akan semakin baik pula. Balas jasa berperan penting untuk menciptakan kedisiplinan karyawan.
4)   Waskat
Waskat (pengawasan melekat) adalah tindakan nyata dan paling efektif dalam mewujudkan kedisiplinan karyawan perusahaan. Dengan waskat berarti atasan harus aktif dan langsung mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja, dan prestasi kerja bawahannya. Hal ini berarti atasan harus selau hadir di tempat kerja agar dapat mengawasi dan memberikan petunjuk jika ada bawahannya yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaannya. Waskat efektif merangsang kedisiplinan dan moral kerja karyawan. Karyawan merasa mendapat perhatian, bimbingan, petunjuk, pengarahan dan pengawasan dari atasannya.
5)   Keadilan
Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan karyawan, karena ego dan sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting, dan minta diperlakukan sama dengan manusia lainnya. Keadilan yang dijadikan dasar kebijaksanaan dalam pemberian balas jasa (pengakuan) atau hukuman, akan merangsang terciptanya kedisiplinan karyawan yang baik. Manajer yang cakap dalam memimpin selalu berusaha bersikap adil terhadap semua bawahannya. Dengan keadilan yang baik, akan menciptakan kedisiplinan yang baik pula. Jadi, keadilan harus diterapkan dengan baik pada setiap perusahaan agar kedisiplinan karyawan perusahaan baik pula.
6)   Sanksi hukuman
Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan karyawan. Dengan sanksi hukuman yang semakin berat, karyawan akan semakin takut melanggar peraturan perusahaan, sikap, dan perilaku indisipliner karyawan akan berkurang.
7)   Ketegasan
Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi kedisiplinan karyawan perusahaan. Pimpinan harus berani dan tegas bertindak untuk menghukum setiap karyawan yang indisipliner sesuai dengan sanksi hukuman yang telah ditetapkan. Pimpinan yang berani menindak tegas menerapkan hukuman bagi karyawan yang indisipliner akan disegani dan diakui kepemimpinannya oleh bawahannya. Dengan demkian, pimpinan akan memelihara kedisiplinan karyawan perusahaan.
8)   Hubungan kemanusiaan
Hubungan kemanusiaan yang harmonis diantara sesama karyawan ikut menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu perusahaan. Hubungan-hubungan baik bersifat vertikal maupun horizontal yang terdiri dari Direct Single RelationshipDirect Group Relationship, dan Cross Relationship hendaknya berjalan harmonis. Manajer harus berusaha menciptakan suasana kemanusiaan yang serasi serta memikat, baik secara vertikal maupun horizontal diantara semua karyawannya. Terciptanya Human Relationship yang serasi akan mewujudkan lingkungan dan suasana kerja yang nyaman. Hal ini akan memotivasi kedisiplinan yang baik pada perusahaan. Jadi, kedisiplinan karyawan akan tercipta apabila hubungan kemanusiaan dalam organisasi tersebut baik.
3.      Kinerja Karyawan
a)    Pengertian Kinerja Karyawan
Menurut Sedarmayanti (2011:260) Kinerja merupakan terjemahan dari performance yang berarti hasil kerja seorang pekerja, sebuah proses manajemen atau suatu organisasi secara keseluruhan, dimana hasil kerja tersebut harus dapat ditunjukkan buktinya secara konkrit dan dapat diukur (dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan). Kinerja adalah keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikator-indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam waktu tertentu, Wirawan (2009:5)
Menurut Mangkunegara (2009:67)  kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan.
b)   Perencanaan Kinerja
Menurut Wirawan ( 2009:100) perencanaan kinerja adalah pertemuan antara ternilai ( appraise) dengan superiornya atau penilai ( appraisor) yang antara lain membahas :
1)      Tugas, pekerjaan, tanggung jawab ternilai, yaitu tugas atau pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh ternilai dan prosedur yang harus diikuti oleh ternilai dalam melaksanakan pekerjaannya.
2)      Kompetensi, perilaku kerja, sifat pribadi yang harus dilakukan dan dimiliki oleh ternilai agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.
3)      Standart kinerja dalam melaksanakan pekerjaannya dalam system Management by Objectives diformulasikan sebagai objektif, sasaran atau target kerja ternilai, pembahasan indikator kinerja dan defdinisi operasionalnya, serta cara pengukuran yang dilakukan oleh penilai.
4)      Proses pengukuran kerja dan instrument yang digunakan,serta waktu pelaksaan penilai dan ternilai harus memahami teknik dan pengukuran kinerja ternilai.
5)      Merencanakan pengembangan kompetensi ternilai, jika belum mempunyai kompetensi inti yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan, maka dilakukan pelatihan dan pengembangan.
c)    Manajemen Kinerja
Manajemen kinerja bertujuan mengembangkan sejumlah aspek kinerja. Menurut Wirawan (2009:99), yang perlu diperhatikan dalam manajemen kinerja, antara lain :
1)      Manjemen kinerja berupaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan organisasi atau perusahaan.
2)      Manajemen kinerja berupaya menciptakan dan meningkatkan pengetahuan,ketrampilan, dan kompetensi pegawai secara terus-menerus.
3)      Manajemen kinerja brupa meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses pencapaian tujuan.
4)      Manajemen kinerja mengukur kinerja individu karyawan, tim kerja, dan kinerja karyawan secara periodik.
d)   Pelaksanaan Kinerja
Menurut Wirawan ( 2009:103), Pelaksanaan kinerja adalah proses sepanjang tahun dimana pegawai melaksanakan tugas atau pekerjaannya dan berupaya mencapai kinerjanya dengan cara menggunakan kompetensi kerjanya. Pelaksanaan kinerja merupakan aktivitas bersama pegawai dan manajernya. Pegawai dan manajer mempunyai tanggung jawab tertentu, antara lain :
Pegawai mempunyai tanggung jawab sebagai berikut :
1)      Komitmen pencapai tujuan.
2)      Meminta balikan dan pelatihan kinerja.
3)      Berkomunikasi secara terbuka dan teratur dengan manajernya.
4)      Mengumpulkan dan berbagi data kinerja.
Manajer mempunyai tanggung jawab sebagai berikut :
1)      Menciptakan kondisi yang memotivasi karyawan.
2)      Meneliti dan mendokumentasi kinerja pegawai.
3)      Menyesuaikan dan merevisi tujuan, standart kinerja, dan kompetensi  pekerjaan untuk mengkondisikan perubahan.
4)      Memberikan balikan dan pelatihan.
5)      Menyediakan pengalaman pengembangan.
6)      Memperkuat perilaku yang efektif para karyawan dan kemajuan kearah pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
e)    Dimensi Kinerja
Menurut Wirawan (2009:54) secara umum, dimensi kinerja dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu hasil kerja, perilaku kerja, dan sifat pribadi yang ada hubungannya dengan pekerjaan.
1)   Hasil kerja
Hasil kerja adalah hasil keluaran kerja dalam dalam bentuk barang atau jasa yang dapat dihitung kualitas dan kuantitasnya.
2)   Perilaku kerja
Perilaku kerja adalah perilaku karyawan yang ada hubungannya dengan pekerjaan.
3)   Sifat pribadi yang ada hubungannya dengan pekerjaan
Adalah sifat pribadi karyawan yang diperlukan dalam melaksanakan pekerjaan.
f)    Indikator Kinerja
Menurut Mangkunegara (2009:75) mengemukakan bahwa indikator kinerja, yaitu :
1)   Kualitas
Kualitas kerja adalah seberap baik seorang karyawan mengerjakan apa yang seharusnya dikerjakan.
2)   Kuantitas
Kuantitas kerja adalah seberapa lama seorang pegawai bekerja dalam satu harinya. Kuantitas kerja ini dapat dilihat dari kecepatan kerja setiap pegawai itu masing – masing.
3)   Pelaksanaan Tugas
Pelaksanaan tugas adalah seberapa jauh karyawan mampu melakukan pekerjaannya dengan akurat atau tidak ada kesalahan.
4)   Tanggung Jawab
Tanggung jawab terhadap pekerjaan adalah kesadaran akan kewajiban karytawan untuk melaksanakan pekerjaan yang diberikan perusahaan.
2.3  Kerangka Berfikir
Didalam kerangka berfikir penelitian terdapat kajian teori dari para ahli dan kajian empiris penelitian terdahulu sebagai bahan acuan penelitian ini.




Gambar 1
Kerangka Berfikir





Kajian Empiris :
1.    Arta Adi Kusuma (2013)
“Pengaruh Motivasi dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Hotel Muria Semarang”.




 


Kajian Teoritis :
1.     Motivasi Kerja (X1) , Mangkunegara (2009) , Marihot Tua Effendi Hariandja  (2009), Wibowo (2010)
-        Indikator, Sondang P. Siagian  (2008)
§  Daya Pendorong, Tanggung Jawab
§  Kemauan, Kewajiban
§  Kerelaan, Membentuk Keterampilan
§  Membentuk Keahlian, Tujuan
§  Membentuk Keterampilan
2.     Disiplin Kerja (X2), Wardana (2008), (Rivai, 2011), Hasibuan (2006).
-        Indikator, H. Malayu Hasibuan (2007)
§  Tujuan dan kemampuan
§  Teladan pimpinan
§  Balas jasa
§  Waskat
§  Keadilan
§  Sanksi Hukuman
§  Ketegasan
§  Hubungan Kemanusiaan
3.     Kinerja Karyawan (Y), Sedarmayanti (2011), Wirawan (2009)
-        Indikator, Mangkunegara (2009)
§  Kualitas 
§  Kuantitas
§  Pelaksanaan tugas
§  Tanggung jawab


 

 
           










                                                                                                                                                          



Text Box: Pembahasan
 










2.4  Kerangka Konseptual
Variabel yang diangkat meliputi Motivasi dan Disiplin Kerja sebagai variabel bebas (X), sedangkan Kinerja karyawan sebagai variabel terikat (Y). Berikut merupakan jabaran variabel pada penelitian ini secara sistematis digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2
Kerangka Konseptual

 




















Keterangan :

: Simultan
                                    : Parsial
Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa garis lurus menunjukkan bahwa adanya hubungan dari variabel (Motivasi Kerja) X1 dan (Disiplin Kerja) X2 terhadap (Kinerja Karyawan) Y secara parsial, dan garis putus-putus menunjukkan bahwa adanya hubungan dari variabel (Motivasi Kerja) X1 dan (Disiplin Kerja) X2 terhadap (Kinerja Karyawan) Y secara simultan.
2.1    Hipotesis Penelitian
Menurut Arikunto (2010:110) “Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Sugiono (2009:64) mengemukakan bahwa hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Sehingga hipotesis dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empiris. Adapun hipotesis dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut :
H1  :   Diduga ada pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja karyawan secara parsial pada PT. Central Capital Futures Cabang Malang.
H2 :   Diduga ada pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan secara parsial pada PT. Central Capital Futures Cabang Malang.
H3 :   Diduga ada pengaruh motivasi kerja dan lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan secara simultan pada PT. Central Capital Futures Cabang Malang.



BAB III
METODE PENELITIAN
3.1  LokasiPenelitian
Objek penelitian merupakan sasaran untuk mendapatkan suatu data. Menurut Sugiono (2008:13) obyek penelitian merupakan sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu tentang sesuatu hal objektif, valid dan reliable tentang suatu hal (variabel tertentu).
Berdasarkan judul yang telah diambil : “Pengaruh Motivasi Kerja Dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Central Capital Futures Cabang Malang”. Maka penelitian ini dilakukan pada PT. Central Capital Futures Cabang Malang yang beralamat di Jalan Kawi No 27 Malang.
3.2  Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan ini adalah penelitian kausal atau sebab akibat yang berguna untuk menganalisis hubungan-hubungan antar variabel satu dengan lainya. Berdasarkan uraian tersebut, maka desain riset kausal mengarah pada terjadinya hubungan sebab akibat antar variabel-variabel bebas (X) yaitu motivasi kerja (X1) dan Disiplin kerja (X2) terhadap variabel terikat (Y) yaitu kinerja karyawan pada PT. Central Capital Futures Cabang Malang.



3.3    Populasi dan Sampel
a.    Populasi
Menurut Hartono (2011: 46) Populasi dengan karakteristik tertentu ada yang jumlahnya terhingga dan ada yang tidak terhingga. Sedangkan menurut Sugiyono (2010:117) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Adapun populasi penelitian ini adalah seluruh karyawan internal pada PT. Central Capital Futures Cabang Malang sebagai berikut :
Tabel 2
Jumlah Karyawan
PT. Central Capital Futures Cabang Malang
No
Bagian
Jumlah
1
Kepala Cabang
1
2
HRD & GA
1
3
Sekretaris
1
4
Compliance
2
5
Manager Marketting
5
6
Chief Dealing
3
7
Setlemen
1
8
Chief Accounting
1
9
Trainer
2
10
Desk Commodity
2
11
Marketing
15
12
Reception
1
13
IT
1
14
Driver
2

Total
38
               

b.    Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiono, 2012:91). Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Dalam teknik pengambilan sampel ini peneliti menggunakan teknik sampling jenuh.
Sampling  Jenuh adalah teknik penentuan sampel apabila semua anggota populasi digunakan  sebagai sampel (Sugiono, 2012:96) . Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel. Karena jumlah populasi kurang dari 100 orang,  maka dengan demikian yang akan menjadi sampel adalah karyawan internal yang berjumlah 38 karyawan pada PT. Central Capital Futures Cabang Malang.
3.4  Jenis dan Sumber Data
a.    Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data kuantitatif yang berasal dari data kualitatif (menyebarkan angket ke responden) yang di kuantitatifkan agar dapat diproses menggunakan statistik.
Menurut Sugiyono (2011:8), kuantitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan filsafat positisme, yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif, penggunaan statistik dengan tujuam untuk menguji hipotesis yang ditetapkan.
b.    Sumber Data
Berdasarkan sumber memperolehnya data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu :
1)   Data Primer
Menurut Kriyantono (2010:41) Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber  data pertama atau tangan pertama di lapangan. Dalam penelitian ini data primer yang digunakan bersumber dari responden yang merupakan karyawan dari PT. Central Capital Futures Cabang Malang, yaitu berupa pernyataan tentang variabel gaya kepemimpinan dan variabel kompensasi terhadap kinerja karyawan.
2)   Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri penelitiannya, seperti jumlah karyawan, struktur organisasi maupun sejarah perusahaan. Data sekunder diperoleh dari perusahaan yang dapat dilihat dokumentasi perusahaan, buku-buku referensi dan informasi lain yang berhubungan dengan penelitian.
3.6  Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, penulisan menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :
a)    Observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan tehnik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Menurut Sutrisno (dalam Sugiyono, 2009:203) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.
b)   Wawancara
Wawancara adalah cara pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematik dan berlandaskan kepada tujuan penelitian untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya (Arikunto, 2006). Wawancara  ini dilakukan kepada karyawan PT. Central Capital Futures Cabang Malang untuk memperoleh informasi yang berhubungan dengan penelitian ini.
c)    Kuesioner
Tehnik pengumpulan data dengan cara melakukan penyebaran kuesioner yang berisi daftar pertanyaan yang telah dipersilahkan sebelumnya kepada semua karyawan yang diambil sebagai sampel. Tujuannya adalah untuk memperoleh informasi validitas dan realibilitas serta relevan tentang survey.
3.7  Metode Analisis dan Pengujian Hipotesis
Untuk menganalisis data dalam penelitian digunakan metode analisis deskriptif dan analisis statistic dengan alat bantu software Microsoft exel dan SPSSfor windows vers 16.0. Adapun langkah-langkah analisis yang digunakan sebagai berikut :
1.    Uji Instrumen Penelitian
a.    Uji Validitas
Menurut Indriantoro dan Supomo (2009:181) validitas data penelitian ditentukan oleh proses pengukuran yang akurat. Suatu instrumen pengukuran dikatan valid jika instrumen tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahan instrumen (Arikunto, 2006:140). Menurut Singarimbun (2006:122), validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Menurut Sugiyono (2011), instrumen yang valid berati alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berati instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.
Uji validitas digunakan untuk mengukur seberapa tepat suatu tes dilakukan dengan menggunakan kuesioner dari hasil jawaban responden. Dengan kata lain, apakah item-item yang tersaji dalam kuesioner benar-benar mampu mengungkapkan dengan pasti apa yang akan diteliti. Untuk menguji validitas digunakan teknik kolerasi Product Moment dengan menggunakan tarif signifikansi sebesar 5%. Menurut Singarimbun (2006:137) adalah sebagai berikut :
Dimana :
r : Koefisien kolerasi
n : Jumlah Sampel dalam penelitian
X : Skor item variabel bebas (X)
Y : Skor variabel-variabel terikat (Y)
Apabila hasil pengukuran r menunjukkan hasil lebih kecil atau sama dengan taraf signifikansi 5%, maka item tersebut dinyatakan valid. Akan tetapi jika lebih besar dari 5% maka item tersebut dinyatakan tidak valid.
b.    Uji Reliabilas
Menurut Indriantoro dan Supomo (2009:154) reliabilitas merujuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Reliabilitas menunjukkan konsistensi dan stabilitas dari sebuah skor atau skala pengukuran.
Menurut Singarimbun (2006:140) menyatakan bahwa Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Makin kecil kesalahan pengukuran makin reliabel alat pengukuran. Sebaliknya makin besar kesalahan pengukuran, maka tidak reliabel alat pengkur tersebut.
Untuk mengetahui reliabel atau tidaknya suatu instrumen pengambilan data dari suatu penelitian dapat dilakukan dengan melihat nilai koefisien reliabilitas (coefficient reliability). Nilai koefisien reliabilitas berkisar antara 0-1, apabila nilai koefisien tersebut mendekati 1 maka instrumen tersebut semakin reliabel. Ukuran yang dipakai untuk menunjukkan pernyataan tersebut reliabel, apabila nilai Cronbach Alpha diatas 0.6.
Dimana :
ri                : Reliabilitas instrumen
k            : Banyaknya butir pertanyaan
sb2            : Jumlah varians butir
st2    : Varians total
Cara pengujiannya setelah data di uji menggunakan uji validitas, maka dalam uji reliabilitas data yang akan dimasukkan dalam uji ini merupakan data yang sudah valid. Data diolah dengan alat bantuan program software microsoft excel dan SPSS for windows vers16.0.
2.    Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik digunakan agar model regresi pada penelitian ini signifikan dan representative. Uji asumsi klasik digunakan untuk memperkirakan suatu garis atau persamaan regresi dengan jalan meminimalkan jumlah dari kuadrat kesalahan tiap observasi terhadap variabel yang ada dalam model, dan untuk mendapatkan kesimpulan statistik yang dapat dipertanggungjawabkan (Ghozali, 2006).
a.    Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, dari variabel dependen, variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak (Ghozali, 2006:76). Model regresi yang baik dalam memiliki distribusi data adalah normal atau mendekati normal. Untuk mengetahui apakah distribusi data normal atau tidak dilakukan dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi komulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk suatu garis lurus diagonal, ploting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Menurut Ghozali (2006:77) menyatakan bahwa jika distribusi data adalah normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.
b.    Uji Multikolinieritas
Salah satu asumsi model regresi linier adalah tidak terdapat kolerasi yang sempurna atau kolerasi tidak sempurna tetapi relatif sangat tinggi pada variabel-variabel bebasnya. Menurut Ghozali (2006) menyatakan bahwa, jika terdapat multikolinieritas sempurna maka akan berakibat koefisien regresi tidak dapat ditentukan seta standar deviasi akan menjadi tak hingga, jika multikolinieritas kurang sempurna maka koefisien regresi meskipun berhingga akan mempunyai standar deviasi yang besar, berati pula koefisien-koefisiennya tidak dapat ditaksir dengan mudah.
Dengan kata lain uji multikolinieritas berati adanya hubungan linier yang sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari regresi. Tujuannya untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya kolerasi antar variabel bebas. Metode yang digunakan untuk mendeteksi adanya multikolinieritas dengan menggunakan tolerace and variance inflation factor (VIF). Bila nilai VIF<10 maka tidak terjadi multikolinieritas dan bila nilai VIF>10 maka terjadi multikolinieritas.
c.    Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan yang lain (Ghozali, 2006:105). Model yang baik tidak terjadi heteroskedastisitas.
Heteroskedastisitas di uji dengan menggunakan metode grafik parkgleyser, uji koefisien kolerasi rank sperman yaitu mengkorelasi anatar absoluteresidual hasil regresi dengan semua variabel bebas. Bila probabilitas hasil kolerasi lebih kecil heteroskedastisitas 0.05 (5%) maka persamaan regresi tersebut.
3.    Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda adalah suatu alat analisis permalan nilai pengaruh dua variabel bebas atau lebih terhadap variabel terikat untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan fungsi atau hubungan kausal antara dua variabel bebas atau lebih dengan satu variabel terikat, Riduwan (2008:152).
Dari nilai koefisien dapat diketahui pengaruh/kontribusi masing-masing variable yang ada. Persamaan regresi yang diharapkan dalam penelitian ini, rumus yang digunakan adalah Sugiyono (2011:188):
Y = α + β1X1 + β2X2 + e
Dimana  :
Y                     =   Variabel Terikat (Kinerja Karyawan)
α                      =   Konstanta
β1                     =   Koefisien Regresi Untuk (X1)
β2                            =   Koefisien Regresi Untuk (X2)
X1                  =   Variabel Bebas (Motivasi Kerja)
X2                   =   Variabel Bebas (Lingkungan Kerja)
e                       =   Standard Error

4.    Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini digunakan alat bantu SPSS for windows versi 16.0. Adapun langkah-langkah uji hipotesi yang digunakan sebagai berikut :
a.    Uji t
Uji t dikenal dengan uji parsial, yaitu untuk menguji bagaimana pengaruh masing-masing variabel bebasnya secara sendiri-sendiri terhadap variabel terikatnya. Uji ini dapat dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t tabelatau dengan melihat kolom signifikansi pada masing-masing t hitung.
Adapun rumus uji T menurut Umar (2008:113) adalah sebagai berikut :
t hitung =
Dimana :
t hitung       =  nilai t
r                  =  koefisien korelasi
n                  =  banyaknya data
Kemudian t hitung dibandingkan dengan t tabel dengan ketentuan taraf signifikansi 5% dan dk = (n-2), dengan kriteria :
Gambar1.3
Daerah Penerimaan dan Daerah Penolakan Ho Uji t
a)    Jika t hitung ≥ t tabel, maka Hoditolak dan Ha diterima atau signifikan.
b)   Jika t hitung ≤ t tabel,maka Ho diterima dan Ha ditolak atau tidak signifikan.
Nilai probabilitasnya :
a)    Jika probabilitas > 0,05, maka Ho diterima (tidak signifikan).
b)   Jika probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak (signifikan).
Pada penelitian ini, penerimaan dan penolakan hipotesis dapat dilihat sebagai berikut :
H1: Diduga motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan.
H2: Diduga lingkungan kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan.
b.    Uji F
Uji F dikenal dengandigunakan untuk melihat bagaimanakah pengaruh semua variabel bebasnya secara bersama-sama terhadap variabel terikatnya. Atau untuk menguji apakah model regresi yang kita buat baikatausignifikan atau tidak baikataunon signifikan.
Adapun rumus uji F menurut Umar (2008:112) adalah sebagai berikut :
F hitung =
Dimana :
r                  = koefisien korelasi berganda
n                  = banyaknya data
k                  = jumlah variabel independen
                                            Gambar1.4
               Daerah Penerimaan dan Daerah Penolakan Ho Uji F
                                                           

Pada penelitian ini pernyataan hipotesis statistik adalah sebagai berikut:
a)    Jika F hitung ≥ F tabel (a, k-l, n-k) maka Ho ditolak dan Ha diterima atau signifikan, berarti variabel bebas (gaya kepemimpinan, kompensasi) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat (kinerja karyawan). Menunjukkan hipotesis diterima.
b)   Jika F hitung ≤ F tabel (a, k-l, n-k) maka Ho diterima dan Ha ditolak atau tidak signifikan. Berarti variabel bebas (gaya kepemimpinan, kompensasi) secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat (kinerja karyawan).
a)      Uji Koefisien Determinasi (Uji R²)
Menurut Ghozali (2012:97) KoefisienDeterminasi (R²) merupakan alat untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi terikat atau dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol atau satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Dan sebaliknya jika nilai yang mendekati 1 berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi varibel-variabel dependen





Daftar Pustaka

Arikunto, S, 2010, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi, Jakarta : Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi, 2002, Metodologi Penelitian, Penerbit PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Arikunto. S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi VI.
Motivasi Kerja – Robert R.Blake dan Jane S.Moutaon, (http://elib.unikom.ac.id/dsownload.php?id=48985 diakses 21 Agustus 2016)
Ghozali. Imam. 2009. Aplikasi Multivariate Dengan Program SPSS. Badan Richard
Handoko, T. Hani. 2001. Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku. Jogyakarta: Kanisus.
Nasution, 2003, Metode Research, Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,  Bandung : Alfabeta.
Sugiyono, (2008), Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D, Bandung Alfabeta
Simamora, H. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Ke-3. Yogyakarta: STIE YKPN.
Sugiyono, (2011), Metode Penelitian Pendidikan, Bandung : Alfabeta.
Thoha, Miftah. 2003. Kepemimpinan Dalam Manajemen. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Hasibuan, S.P Melayu ( 2011:22). Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT.Bumi Aksara
Ike Kusdyah Rachmawati (2008:3). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Andi
Melayu S.P Hasibuan ( 2005:143) Pengertian Motivasi Kerja. (Online) http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=32908. Diakses 31 Juli 2017
Sadili Samsudin (2006:282) Pengertian Motivasi Kerja. (Online) http://dominique122.blogspot.com/2015/04/pengertian-motivasi-kerja-menurut-para.html. Diakses 31 Juli 2017


Previous PostPosting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar